FIFTEEN by Taylor Swift
FanFiction Story
Pada suatu hari, aku dan Abigail berangkat bersama
dengan naik bus sekolah. Kami mengobrol sepanjang jalan. Pelajaran di pagi itu
terasa cepat, aku senang mendapat pujian dari Mrs. Satanella guru bahasa
Inggrisku karena membuat tugas puisi yang bagus dalam lomba sekolah. Di jam
istirahat aku pergi menuju perpustakaan tanpa Abby, karena dia akan pergi ke
kantin. Dijalan, tanpa sengaja aku bertatapan muka dengan William kakak
kelasku, dengan santai dia menyunggingkan senyumnya padaku, dan akupun membalas
senyumannya. Aku curiga gara- gara aku menang dalam lomba membuat puisi, dia
jadi baik padaku, karena semua tau bahwa
ia juga puitis. Sesampainya di perpustakaan, aku membaca buku di tempat duduk
favoritku, “hey” sebuah suara yang familiar menyapaku, aku menoleh dan ternyata
benar dia William. Aku mulai merasa ini takdir, “oh hey”, aku sengaja tak
menyebut namanya. Karena aku tau dia tak tau namaku, “aku pernah melihatmu
sebelumnya, kau ingat?” tentu saja hanya
dia pria yang menyunggingkan senyumnya hari ini. “oh ya, tentu” jawabku.
“well, senang bertemu denganmu, selamat membaca” katanya, dia terdengar seperti
pria pencari perhatian seperti pada umumnya. Hey Tay jangan berpikir dia menyukaimu. Sepulang sekolah, aku dan
Abby mengobrol sambil berjalan, lalu seorang pria menyapa Abby, “hey Abbey”
katanya, Abbey tersenyum dan mengambil napas dala- dalam untuk terdengar biasa
“Hey Philip” sahut Abby. Aku tak pernah melihat pria itu sebelumnya. Aku akan
bertanya pada Abby.
Sesampainya di café aku bertanya pada Abby, sebelumnya
kami memesan salad buah dan es. “Abby, siapa pria tadi?” tanyaku, “dia Philip
teman ektrakulikulerku dalam debat jerman, tapi kami pertama bertemu di pameran
lukisan juga” jawabnya. “Apakah kau menyukainya?” tanyaku sambil menyantap
pesanan yang baru saja diantar. “mm.. sepertinya begitu, bagaimana menurutmu?”
dia sangat semangat bertanya pendapatku, ”menurutku dia lumayan, kau yakin?
Kita masih 15tahun, jadi pikir dengan benar” jawabku, “aku tau, kau tak
mengenalnya, dia baik dan enak diajak ngobrol” katanya, “well, semoga kau
takkan lupa aku” kataku, sambil meringis padanya, “tentu tidak Tay, btw dia
banyak kejutan, kemarin aku dapat sebuah cokelat, benarkah itu benar- benar
mengejutkan” Abby tampak girang, “ya, dia romantis sekali” sebenarnya kata-
kata Abby tak perlu dijawab. Sepanjang perjalanan pulang, aku tak Tanya apa-
apa lagi. Tapi, tetap saja aku penasaran pria itu bagaimana. Keesokan harinya,
aku dan Abby tidak berangkat bersama karena Abby bilang akan berangkat bersama
Philip. Aku heran, sejak kapan Philip tau
rumah Abby . Abby sampai dikelas lebih dulu dan aku menghampirinya, rambut
Abby berwarna merah cerah, mungkin dia takkan sulit ditemukan jika hilang dalam
kerumunan festival sekolah, “hey Abby” sapaku. “hey Tay, kau sudah sampai, maaf
aku tak bisa berangkat denganmu hari ini” dia sangat ceria. “it’s okay” aku
meringis padanya, “hey Tay lihat mereka” aku dan Abby sama- sama melirik ke kerumunan
yang ada dikelas.
Kami melihat segerombolan cewek- cewek kelas kami
yang sibuk memperbaiki make- up di kelas, semua tau mereka lumayan menarik di sekolah,
“menurutku
mereka tidak keren sama sekali” aku berbisik pelan pada Abby,
“yah,
mereka tak merasa dandanannya berlebihan, beruntung tak ada guru yang
menegornya” kata Abby, Abby tersenyum padaku.
“Apa
yang kalian lakukan?” guru matematika kami tiba- tiba sudah masuk kelas,
“tak
tahukah kalian bahwa sekarang pelajaran sudah dimulai, kalian pikir ini tempat
make- up, cepat bereskan!!!!” sepanjang pelajaran guru kami sibuk memarahi
kelas sehingga tinggal setengah jam pelajaran yang dipakai untuk belajar.
“biar
tau rasa mereka” bisik Abby ditengah kehebohan yang ada,
“sekarang
cewek- cewek itu hanya bisa diam” kataku,
kami
melihat dari sudut ruang kelas, mereka akan kapok, meski hanya untuk sementara
waktu. Ketika istirahat, aku ke perpustakkan seperti biasa tanpa Abby. Aku tak
bertemu William lagi sejak dia menyapaku di perpustakaan, aku yakin waktu itu hanya kebetulan. Setelah pelajaran hari itu
selesai, kami langsung keluar mencari udara segar, kami tau lama- lama dikelas
mungkin akan merusak mata kami, karena cewek- cewek itu begitu ramai mengobrol.
Abby sangat ceria pada saat kami akan pulang,
“hey
apa yang terjadi padamu Abby?” tanyaku, pipinya memerah,
“Philip
menyatakan persaannya padaku” katanya,
“benarkah,
kapan? Aku tak tau” tanyaku lagi,
“tentu
saja kau tak tau dia mengatakannya saat kami bertemu di kantin istirahat tadi,
oh aku serasa terbang tinggi saat dia mengatakannya” jawabnya,
“wow
aku senang mendengarnya” jawabku,
“thanks
Tay, kau memang sahabat terbaikku” katanya, Abby terus membicarakan Philip sepanjang jalan.
Sepertinya Abby mulai merasakan mabuk cinta. Aku harap pilihannya tepat.
by : RianiJauzaaAzzahra