Kamis, 22 Agustus 2013

FIFTEEN FanFiction part 1

FIFTEEN by Taylor Swift
FanFiction Story

Pada suatu hari, aku dan Abigail berangkat bersama dengan naik bus sekolah. Kami mengobrol sepanjang jalan. Pelajaran di pagi itu terasa cepat, aku senang mendapat pujian dari Mrs. Satanella guru bahasa Inggrisku karena membuat tugas puisi yang bagus dalam lomba sekolah. Di jam istirahat aku pergi menuju perpustakaan tanpa Abby, karena dia akan pergi ke kantin. Dijalan, tanpa sengaja aku bertatapan muka dengan William kakak kelasku, dengan santai dia menyunggingkan senyumnya padaku, dan akupun membalas senyumannya. Aku curiga gara- gara aku menang dalam lomba membuat puisi, dia jadi baik padaku,  karena semua tau bahwa ia juga puitis. Sesampainya di perpustakaan, aku membaca buku di tempat duduk favoritku, “hey” sebuah suara yang familiar menyapaku, aku menoleh dan ternyata benar dia William. Aku mulai merasa ini takdir, “oh hey”, aku sengaja tak menyebut namanya. Karena aku tau dia tak tau namaku, “aku pernah melihatmu sebelumnya, kau ingat?” tentu saja hanya dia pria yang menyunggingkan senyumnya hari ini. “oh ya, tentu” jawabku. “well, senang bertemu denganmu, selamat membaca” katanya, dia terdengar seperti pria pencari perhatian seperti pada umumnya. Hey Tay jangan berpikir dia menyukaimu. Sepulang sekolah, aku dan Abby mengobrol sambil berjalan, lalu seorang pria menyapa Abby, “hey Abbey” katanya, Abbey tersenyum dan mengambil napas dala- dalam untuk terdengar biasa “Hey Philip” sahut Abby. Aku tak pernah melihat pria itu sebelumnya. Aku akan bertanya pada Abby.
Sesampainya di cafĂ© aku bertanya pada Abby, sebelumnya kami memesan salad buah dan es. “Abby, siapa pria tadi?” tanyaku, “dia Philip teman ektrakulikulerku dalam debat jerman, tapi kami pertama bertemu di pameran lukisan juga” jawabnya. “Apakah kau menyukainya?” tanyaku sambil menyantap pesanan yang baru saja diantar. “mm.. sepertinya begitu, bagaimana menurutmu?” dia sangat semangat bertanya pendapatku, ”menurutku dia lumayan, kau yakin? Kita masih 15tahun, jadi pikir dengan benar” jawabku, “aku tau, kau tak mengenalnya, dia baik dan enak diajak ngobrol” katanya, “well, semoga kau takkan lupa aku” kataku, sambil meringis padanya, “tentu tidak Tay, btw dia banyak kejutan, kemarin aku dapat sebuah cokelat, benarkah itu benar- benar mengejutkan” Abby tampak girang, “ya, dia romantis sekali” sebenarnya kata- kata Abby tak perlu dijawab. Sepanjang perjalanan pulang, aku tak Tanya apa- apa lagi. Tapi, tetap saja aku penasaran pria itu bagaimana. Keesokan harinya, aku dan Abby tidak berangkat bersama karena Abby bilang akan berangkat bersama Philip. Aku heran, sejak kapan Philip tau rumah Abby . Abby sampai dikelas lebih dulu dan aku menghampirinya, rambut Abby berwarna merah cerah, mungkin dia takkan sulit ditemukan jika hilang dalam kerumunan festival sekolah, “hey Abby” sapaku. “hey Tay, kau sudah sampai, maaf aku tak bisa berangkat denganmu hari ini” dia sangat ceria. “it’s okay” aku meringis padanya, “hey Tay lihat mereka” aku dan Abby sama- sama melirik ke kerumunan yang ada dikelas.
 Kami melihat segerombolan cewek- cewek kelas kami yang sibuk memperbaiki make- up di kelas, semua tau mereka lumayan menarik di sekolah,
“menurutku mereka tidak keren sama sekali” aku berbisik pelan pada Abby,
“yah, mereka tak merasa dandanannya berlebihan, beruntung tak ada guru yang menegornya” kata Abby, Abby tersenyum padaku.
“Apa yang kalian lakukan?” guru matematika kami tiba- tiba sudah masuk kelas,
“tak tahukah kalian bahwa sekarang pelajaran sudah dimulai, kalian pikir ini tempat make- up, cepat bereskan!!!!” sepanjang pelajaran guru kami sibuk memarahi kelas sehingga tinggal setengah jam pelajaran yang dipakai untuk belajar.
“biar tau rasa mereka” bisik Abby ditengah kehebohan yang ada,
“sekarang cewek- cewek itu hanya bisa diam” kataku,
kami melihat dari sudut ruang kelas, mereka akan kapok, meski hanya untuk sementara waktu. Ketika istirahat, aku ke perpustakkan seperti biasa tanpa Abby. Aku tak bertemu William lagi sejak dia menyapaku di perpustakaan, aku yakin waktu itu hanya kebetulan. Setelah pelajaran hari itu selesai, kami langsung keluar mencari udara segar, kami tau lama- lama dikelas mungkin akan merusak mata kami, karena cewek- cewek itu begitu ramai mengobrol. Abby sangat ceria pada saat kami akan pulang,
“hey apa yang terjadi padamu Abby?” tanyaku, pipinya memerah,
“Philip menyatakan persaannya padaku” katanya,
“benarkah, kapan? Aku tak tau” tanyaku lagi,
“tentu saja kau tak tau dia mengatakannya saat kami bertemu di kantin istirahat tadi, oh aku serasa terbang tinggi saat dia mengatakannya” jawabnya,
“wow aku senang mendengarnya” jawabku,
“thanks Tay, kau memang sahabat terbaikku” katanya, Abby  terus membicarakan Philip sepanjang jalan. Sepertinya Abby mulai merasakan mabuk cinta. Aku harap pilihannya tepat.

by : RianiJauzaaAzzahra