“Hidup ini
adalah Petualangan”
Judul Buku : Matahari
Penulis : Tere
Liye
Diterbitkan :
Juli 2016
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Harga : Rp.
88.000
Halaman : 400
hlm; 20cm
Kategori : novel fantasi
Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika
saja orangtuanya mengizinkannya, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir
ilmu fisika progam doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai
sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.
Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh
pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru.
Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.
Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia
bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke
tempat-tempat menakjubkan .
Namaya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia
ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya
tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
***
Hi, Readers!!
Sudah baca sekilas sinopsis dari novel berjudul “Matahari” diatas?!
Syukur-syukur jika sudah baca kedua sekuel sebelumnya ^_^. Bagi yang belum tau,
novel “Matahari” ini adalah salah satu karya seorang penulis Indonesia yang
sudah tak asing lagi, terutama jika kalian adalah pengagum kutipan-kutipan
kerennya di Fanpage Facebook. Yups! Beliau adalah Darwis Tere Liye, atau yang
biasa dipanggil Bang Tere . Buku ini adalah sekuel ketiga dari
novel “Bumi”, novel keduanya berjudul “Bulan” dan Insyaallah yang terakhir
nanti, sekuel keempat berjudul “Bintang”.
Tidak seperti
karya-karya sebelumnya yang bercerita kisah roman, politik dan keluarga, untuk
pertama kalinya Tere Liye menulis buku bergenre Fantasi. Nah, selama ini saya
memang penggemar novel fantasi terutama novel terjemahan. Pertama kali tau
novel “Bumi” di toko buku, saya hanya heran dengan covernya dan tak begitu
tertarik, tapi setelah membaca sinopsisnya, saya jadi ingin memilikinya, ‘novel fantasi produk dalam negeri, karya
Tere Liye pula, musti coba nih!’ batin saya. Yah, mungkin kalian setuju dengan
kutipan “don’t jugde something by the
cover” haha.
Seperti
novel-novel sebelumnya, Tere Liye selalu pandai membawa pembacanya masuk dalam
cerita, pernah dengar nggak kutipan “buku
yang bagus adalah buku yang bisa membawa pembaca tenggelam ke dalam cerita”.
Setiap genre novel, Tere Liye selalu menggunakan bahasa yang pas pada cerita,
dengan begitu pembaca akan mudah memahami isi cerita dan mampu berimajinasi saat
membacanya.
Novel “Matahari”
sendiri melanjutkan kisah tiga orang sahabat Raib, Seli dan Ali di dua buku
sebelumnya. Setelah bertualang di klan Matahari, kemanakah kaki mereka
melangkah? Temukan jawabannya di buku ini! Hehe.. *peace. Bagi yang belum tau, yang
dimaksud dengan ‘Matahari’ disini adalah Klan, begitu pula pada ‘Bumi’, ‘Bulan’
dan ‘Bintang’. Klan merupakan dunia yang berdiri sendiri, memiliki teknologi
dan pemerintahan sendiri. Klan satu dengan yang lain memiliki kelebihannya
masing-masing, baik dari segi teknologi maupun kekuatan penduduknya. Semacam
‘futuristik’ kali ya. Di cerita sebelumnya diketahui bahwa ternyata Raib dan
Seli bukanlah penduduk asli Klan Bumi, fakta tersebut juga disusul fakta-fakta
yang lainnya.
Mungkin yang
belum baca heran kenapa judul dan isinya tidak sinkron. Bukan Tere Liye namanya
jika karyanya tidak unik hehe… *peace Bang Tere. Jadi di novel ‘Matahari’ ini
tidak menceritakan di Klan Matahari, tetapi di Klan Bintang, begitu pula dengan
novel sebelum dan sesudahnya. Jadi nggak perlu heran, soalnya saya sendiri
awalnya juga heran ^_^.
***
Isi Buku
Setelah kembali dari
Klan Matahari menuju kehidupannya yang selama ini dijalani yaitu Klan Bumi, Ali
anak yang terkenal dengan sebutan biang kerok sekaligus pemalas itu tiba-tiba
menjadi idola para murid di sekolahnya terutama siswi. Raib, salah satu sahabat
bertualangnya mulai menaruh curiga, Ali yang selama ini malas bergerak mendadak
jago main basket, bahkan diminta ikut pertandingan antar sekolah. Raib bersih
keras membanjiri Ali pertanyaan, yang ditanya tak sibuk menjawab, lebih terkesan
cuek. Melihat itu, Seli yang juga sahabat mereka menengahi, meyakinkan Raib
bahwa tidak ada yang disembunyikan Ali.
Suatu hari saat
pertandingan basket berlangsung, terjadi hal yang mengejutkan, tubuh Ali memerah, dengan respon cepat Raib
mengeluarkan kekuatannya di tengah riuh penonton untuk menyelamatkan Ali, mencegah agar penonton tak menyadari keanehan yang terjadi. Saat jaraknya telah dekat dengan Ali, ditengah
kegelapan tangan Raib meraih kekosongan, Ali menghilang! Setelah itu Raib
menyadari, Ali memang menyembunyikan sesuatu dari dirinya dan Seli.
Beberapa hari
kemudian, terjadi perdebatan yang sengit antara Raib, Seli dan Ali. Ali
mengusulkan untuk pergi bertualang ke Klan Bintang. Raib menolak dengan keras
mengingat mereka tidak tau arah dan medan ke Klan tersebut. Tapi, setelah
melalui perbincangan yang cukup panjang, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi.
Nah, semakin
penasaran bukan gimana kisah Raib, Seli dan Ali selanjutnya? Makanya, buruan
baca! ^_^ Dalam perjalanan mereka menuju Klan Bintang, mereka ditemani oleh
Ily. Ily? Kenapa bisa mereka ditemani Ily? Maaf, saya nggak bisa spoiler nih.
Seperti petualangan mereka bertiga sebelumnya, perjalanan menuju Klan tidaklah
mudah, mereka melewati banyak rintangan dan berbagai macam musuh.
Dalam
perjalanannya, Raib, Seli dan Ali bertemu dengan teman-teman baru yang tak
terduga, mereka juga mendatangi tempat termodern di Klan Bintang dan daerah
terpencil yang tak tersentuh teknologi sama sekali. Kehadiran mereka ternyata
menarik perhatian pemerintah Klan Bintang untuk menangkap mereka. Ditengah
pelarian, buku matematika Raib yang bukan sembarang buku mendadak hilang.
Mereka bertiga pun berusaha mencarinya, ditengah pencarian, Raib dan Ali
terpisah dengan Seli. Tak lama kemudian Raib dan Ali tau bahwa tangan Seli
dibekukan.
Semakin
menegangkan bukan? Kemudian bagaimana nasib Seli selanjutnya? Apakah Raib bisa mendapatkan
buku matematikanya kembali? Rahasia apa sih yang dimiliki oleh Ali? Bagaimana
kisah kemunculan Ily?Dan apakah mereka bisa kembali ke Klan Bumi? Temukan
jawabannya di buku ini ya teman-teman *DevilLaugh.
***
Setelah
menyelesaikan misi membaca novel ini, (butuh waktu cukup lama karena kadang
saya cukup moody dalam membaca) menurut saya ceritanya semakin imajinatif,
membuat para pembaca penasaran, meski entah kenapa saya memberi satu point
lebih pada ‘Bumi’, (ini selalu terjadi setiap kali saya membaca genre fantasi,
lebih menyukai sekuel pertama) mungkin itu kekurangannya (atau mungkin ini
masalah selera). Jika di novel ‘Bulan’ memiliki salah satu keunikan cerita
yaitu memberikan kuis untuk ketiga anak ini menyeberang danau, kelebihan dari
novel ketiga ini adalah emosionalnya lebih terasa, seperti biasa agak sulit
memprediksi arah ceritanya, itulah yang membuat penasaran. Banyak kejadian
menegangkan dan teknologi mutakhir yang diciptakan Tere Liye dalam karyanya.
Saya berharap
sekuel selanjutnya segera rampung! Penasaran karena banyak tokoh yang belum
muncul kembali di buku ini hehe. Semoga sekuel selanjutnya lebih imajinatif dan
memiliki keunikan tersendiri. Owya waiting for English subtittle nih, wish Tere
Liye write a book in English sub.
Nah, bagi teman-
teman yang menyukai genre fantasi atau mungkin ingin mencoba membaca genre
fantasi, saya rekomendasikan buku ini! Nggak kalah keren kok dengan novel
terjemahan. Buku ini bukan hanya untuk anak-anak, menurut saya remaja dan
dewasa juga cocok membacanya. Buku ini tidak hanya menceritakan petualangan,
tapi juga mengajarkan arti perjuangan dan persahabatan.
~~~
{{Quotes}}
“Meskipun satu
sekolah menganggapku biang kerok, guru-guru tidak menyukaiku, tapi aku tahu
persis, aku bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan orang lain.”
(Ali-Matahari)
“Kadangkala aku
gagal, menemui jalan buntu, tapi aku tidak akan berhenti. Karena aku
menyukainya, passion, hobi, mimpi-mimpi, semangat entah apalagi yang tepat
untuk menggambarkannya.” (Ali-Matahari)
“Hidup adalah
petualangan, Ali. Setiap orang memiliki petualangannya masing-masing, maka
jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik.” (Ayah Ali)
“Jangan cemaskan
sesuatu yang belum terjadi.” (Faar)
“Kita selalu
bisa mengubah jalan cerita dengan ketulusan.” (Faar)