Rabu, 19 Oktober 2016

Resensi Novel MATAHARI



“Hidup ini adalah Petualangan”

Judul Buku : Matahari
Penulis : Tere Liye
Diterbitkan : Juli 2016
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Harga : Rp. 88.000
Halaman : 400 hlm; 20cm
Kategori : novel fantasi

Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orangtuanya mengizinkannya, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika progam doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.
Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.
Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan .
Namaya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.
***
Hi, Readers!! Sudah baca sekilas sinopsis dari novel berjudul “Matahari” diatas?! Syukur-syukur jika sudah baca kedua sekuel sebelumnya ^_^. Bagi yang belum tau, novel “Matahari” ini adalah salah satu karya seorang penulis Indonesia yang sudah tak asing lagi, terutama jika kalian adalah pengagum kutipan-kutipan kerennya di Fanpage Facebook. Yups! Beliau adalah Darwis Tere Liye, atau yang biasa dipanggil Bang Tere . Buku ini adalah sekuel ketiga dari novel “Bumi”, novel keduanya berjudul “Bulan” dan Insyaallah yang terakhir nanti, sekuel keempat berjudul “Bintang”.
Tidak seperti karya-karya sebelumnya yang bercerita kisah roman, politik dan keluarga, untuk pertama kalinya Tere Liye menulis buku bergenre Fantasi. Nah, selama ini saya memang penggemar novel fantasi terutama novel terjemahan. Pertama kali tau novel “Bumi” di toko buku, saya hanya heran dengan covernya dan tak begitu tertarik, tapi setelah membaca sinopsisnya, saya jadi ingin memilikinya, ‘novel fantasi produk dalam negeri, karya Tere Liye pula, musti coba nih!’ batin  saya. Yah, mungkin kalian setuju dengan kutipan “don’t jugde something by the cover” haha.
Seperti novel-novel sebelumnya, Tere Liye selalu pandai membawa pembacanya masuk dalam cerita, pernah dengar nggak kutipan “buku yang bagus adalah buku yang bisa membawa pembaca tenggelam ke dalam cerita”. Setiap genre novel, Tere Liye selalu menggunakan bahasa yang pas pada cerita, dengan begitu pembaca akan mudah memahami isi cerita dan mampu berimajinasi saat membacanya.
Novel “Matahari” sendiri melanjutkan kisah tiga orang sahabat Raib, Seli dan Ali di dua buku sebelumnya. Setelah bertualang di klan Matahari, kemanakah kaki mereka melangkah? Temukan jawabannya di buku ini! Hehe.. *peace. Bagi yang belum tau, yang dimaksud dengan ‘Matahari’ disini adalah Klan, begitu pula pada ‘Bumi’, ‘Bulan’ dan ‘Bintang’. Klan merupakan dunia yang berdiri sendiri, memiliki teknologi dan pemerintahan sendiri. Klan satu dengan yang lain memiliki kelebihannya masing-masing, baik dari segi teknologi maupun kekuatan penduduknya. Semacam ‘futuristik’ kali ya. Di cerita sebelumnya diketahui bahwa ternyata Raib dan Seli bukanlah penduduk asli Klan Bumi, fakta tersebut juga disusul fakta-fakta yang lainnya.
Mungkin yang belum baca heran kenapa judul dan isinya tidak sinkron. Bukan Tere Liye namanya jika karyanya tidak unik hehe… *peace Bang Tere. Jadi di novel ‘Matahari’ ini tidak menceritakan di Klan Matahari, tetapi di Klan Bintang, begitu pula dengan novel sebelum dan sesudahnya. Jadi nggak perlu heran, soalnya saya sendiri awalnya juga heran ^_^.
***
Isi Buku
Setelah kembali dari Klan Matahari menuju kehidupannya yang selama ini dijalani yaitu Klan Bumi, Ali anak yang terkenal dengan sebutan biang kerok sekaligus pemalas itu tiba-tiba menjadi idola para murid di sekolahnya terutama siswi. Raib, salah satu sahabat bertualangnya mulai menaruh curiga, Ali yang selama ini malas bergerak mendadak jago main basket, bahkan diminta ikut pertandingan antar sekolah. Raib bersih keras membanjiri Ali pertanyaan, yang ditanya tak sibuk menjawab, lebih terkesan cuek. Melihat itu, Seli yang juga sahabat mereka menengahi, meyakinkan Raib bahwa tidak ada yang disembunyikan Ali.
Suatu hari saat pertandingan basket berlangsung, terjadi hal yang mengejutkan, tubuh Ali memerah, dengan respon cepat Raib mengeluarkan kekuatannya di tengah riuh penonton untuk menyelamatkan Ali, mencegah agar penonton tak menyadari keanehan yang terjadi. Saat jaraknya telah dekat dengan Ali, ditengah kegelapan tangan Raib meraih kekosongan, Ali menghilang! Setelah itu Raib menyadari, Ali memang menyembunyikan sesuatu dari dirinya dan Seli.
Beberapa hari kemudian, terjadi perdebatan yang sengit antara Raib, Seli dan Ali. Ali mengusulkan untuk pergi bertualang ke Klan Bintang. Raib menolak dengan keras mengingat mereka tidak tau arah dan medan ke Klan tersebut. Tapi, setelah melalui perbincangan yang cukup panjang, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi.
Nah, semakin penasaran bukan gimana kisah Raib, Seli dan Ali selanjutnya? Makanya, buruan baca! ^_^ Dalam perjalanan mereka menuju Klan Bintang, mereka ditemani oleh Ily. Ily? Kenapa bisa mereka ditemani Ily? Maaf, saya nggak bisa spoiler nih. Seperti petualangan mereka bertiga sebelumnya, perjalanan menuju Klan tidaklah mudah, mereka melewati banyak rintangan dan berbagai macam musuh.
Dalam perjalanannya, Raib, Seli dan Ali bertemu dengan teman-teman baru yang tak terduga, mereka juga mendatangi tempat termodern di Klan Bintang dan daerah terpencil yang tak tersentuh teknologi sama sekali. Kehadiran mereka ternyata menarik perhatian pemerintah Klan Bintang untuk menangkap mereka. Ditengah pelarian, buku matematika Raib yang bukan sembarang buku mendadak hilang. Mereka bertiga pun berusaha mencarinya, ditengah pencarian, Raib dan Ali terpisah dengan Seli. Tak lama kemudian Raib dan Ali tau bahwa tangan Seli dibekukan.
Semakin menegangkan bukan? Kemudian bagaimana nasib Seli selanjutnya? Apakah Raib bisa mendapatkan buku matematikanya kembali? Rahasia apa sih yang dimiliki oleh Ali? Bagaimana kisah kemunculan Ily?Dan apakah mereka bisa kembali ke Klan Bumi? Temukan jawabannya di buku ini ya teman-teman *DevilLaugh.
***
Setelah menyelesaikan misi membaca novel ini, (butuh waktu cukup lama karena kadang saya cukup moody dalam membaca) menurut saya ceritanya semakin imajinatif, membuat para pembaca penasaran, meski entah kenapa saya memberi satu point lebih pada ‘Bumi’, (ini selalu terjadi setiap kali saya membaca genre fantasi, lebih menyukai sekuel pertama) mungkin itu kekurangannya (atau mungkin ini masalah selera). Jika di novel ‘Bulan’ memiliki salah satu keunikan cerita yaitu memberikan kuis untuk ketiga anak ini menyeberang danau, kelebihan dari novel ketiga ini adalah emosionalnya lebih terasa, seperti biasa agak sulit memprediksi arah ceritanya, itulah yang membuat penasaran. Banyak kejadian menegangkan dan teknologi mutakhir yang diciptakan Tere Liye dalam karyanya.
Saya berharap sekuel selanjutnya segera rampung! Penasaran karena banyak tokoh yang belum muncul kembali di buku ini hehe. Semoga sekuel selanjutnya lebih imajinatif dan memiliki keunikan tersendiri. Owya waiting for English subtittle nih, wish Tere Liye write a book in English sub.
Nah, bagi teman- teman yang menyukai genre fantasi atau mungkin ingin mencoba membaca genre fantasi, saya rekomendasikan buku ini! Nggak kalah keren kok dengan novel terjemahan. Buku ini bukan hanya untuk anak-anak, menurut saya remaja dan dewasa juga cocok membacanya. Buku ini tidak hanya menceritakan petualangan, tapi juga mengajarkan arti perjuangan dan persahabatan.
~~~
{{Quotes}}
“Meskipun satu sekolah menganggapku biang kerok, guru-guru tidak menyukaiku, tapi aku tahu persis, aku bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan orang lain.” (Ali-Matahari)
“Kadangkala aku gagal, menemui jalan buntu, tapi aku tidak akan berhenti. Karena aku menyukainya, passion, hobi, mimpi-mimpi, semangat entah apalagi yang tepat untuk menggambarkannya.” (Ali-Matahari)
“Hidup adalah petualangan, Ali. Setiap orang memiliki petualangannya masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik.” (Ayah Ali)
“Jangan cemaskan sesuatu yang belum terjadi.” (Faar)
“Kita selalu bisa mengubah jalan cerita dengan ketulusan.” (Faar)
 

Senin, 17 Oktober 2016

Kenapa Kita Sebaiknya Tidak Perlu Membenci Seseorang



Berusahalah untuk tidak membenci satupun orang di dunia ini, bukan karena benci bisa jadi cinta dan sebaliknya! Bukan! Pernahkah kalian berpikir bahwa setiap orang yang kita temui pasti pernah memberi kita pelajaran kehidupan. Tinggal kitanya yang mau mengambil pelajaran itu atau tidak. Misalnya, seorang teman yang merespon obrolan dengan antusias, tanpa sadar perilakunya itu membuat yang lain tak nyaman. Jika kalian memperhatikan, pasti ada hal yang bisa diambil dari perilaku tersebut, yaitu belajar untuk mengobrol dengan baik dan wajar pada orang lain. Tapi jika kita cuek saja dan menganggap itu hal biasa, maka yang terjadi adalah kita akan menanggapinya tak kalah antusias membuat yang lain mengernyitkan dahi. Kalau begini bisa memancing teman yang lain untuk menasehati, alhasil bisa-bisa terjadi adu mulut. Yah, karena nggak semua nasehat itu bisa diterima oleh telinga, karena nggak semua nasehat itu bisa dengan mudahnya hanya dilontarkan dengan kata-kata. Setiap orang itu berbeda, masih untung jika bisa diterima, kalau malah mendapat balasan “sok” ini “sok” itu, “kamu sendiri gimana?”, deuh.. kan ribet. Alangkah kerennya jika nasehat itu nggak hanya berupa kata-kata, tapi juga perbuatan. Tapi bukan berarti nasehat lewat kata-kata itu buruk, kembali lagi bahwa penerimaan setiap orang itu beda-beda, maka kenali dulu sebelum berpidato ^_^.
Kenapa sebaiknya kita tidak membenci seseorang? Pernahkah kalian berpikir kalau nggak ada hal yang kebetulan di dunia ini? Orang yang kita temui, tempat yang kita datangi, semua terjadi atas ijinNya. Dari sini kita bisa bertanya pada diri sendiri, apa ya PR dari Allah kali ini? Kenapa ya Allah mempertemukanku dengan orang ini? Apa ya alasan Allah mempertemukanku dengan orang yang dulu pernah kukenal? Sekali lagi, bahwa dari hal yang kadang kita anggap ‘kebetulan’ jika kita mau mencari tau, maka bisa jadi ada pelajaran kehidupan yang bisa kita ambil darinya.
 

Minggu, 16 Oktober 2016

Percakapan Singkat dengan Tere Liye



Jadi waktu itu ada acara launching buku di Gramedia Malang. Launching buku salah satu penulis novel Indonesia, yups Tere Liye! Waktu tau kabar itu, langsung deh semangat buat datang, walau harus panas2an, naik angkot oper 2x dan Ting! Nyampek! Lebay yak! Hihi.. Alhamdulillah ^_^. Setelah beliaunya ngobrol panjang lebar, kasih kuis dll, acara terakhir dilanjutkan dengan booksigning. Antriannya panjang, sengaja aku muter2 dulu liat buku2, nunggu antriannya menipis.
Setelah cukup lama menunggu, aku pun masuk dalam antrian, dari jauh kulihat beberapa orang membawa novelnya 2-3 buku bahkan lebih. Aku sendiri bawa 3 buku dari rumah :D . Giliranku pun tiba, aku pun menyodorkan bukuku.
Aku : ini nama saya (*nunjuk dipojok atas buku, ikutan yang lainnya minta ditulisin namanya xD)
TL : mbak nuriyanni sudah baca berapa buku? (sembari ttd ketiga bukuku)
Aku : tujuh (*singkat+datar .__. gak nyangka diajak ngobrol)
TL : suka buku yang mana?
Aku : Rindu, samaa…. Ini fantasy (*lirik buku)
TL : sedih nggak I** meninggal? (sensor, biar ga spoiler)
Aku : ….nggak, malah bagus kalau ada yang meninggal (maksudku ceritanya-kan jadi lebih sesuatu .__.)
TL : owh, kalau ada yang mau dimatiin lagi, mau siapa yang mati? (*berhenti ttd)
Aku : (*mikir, gak nyangka dapat pertanyaan kayak gini -__- mana beliaunya ambil posisi nyandar, terus liat aku, duh kan ga enak sama yang antri dibelakang haha..)
TL : kalau A, S dan R nggak mungkin dimatiin karena tokoh utama
Aku : (*ngangguk2 setuju)
TL : M**? I**?
Aku : M**! (*asal jeplak, yah soalnya kalau gak ada yang mati malah drama)
TL : jahat banget (*senyum simpul) semoga bermanfaat ya! (*sambil balikin buku)
Aku : Makasih >//<

That's all, agak nyesel karena diriku banyak diamnya, padahal kan jarang2! dan belum tentu bisa ketemu lagi. Tapi yasudahlah, disyukuri saja, Sekian resume dari saya, Wassalam ^_^.
 
Book Launching #AboutLove 12.07.15 @GramediaBasukiRahmatMalang

Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa mengubah.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
Jangan pedulikan jumlah komen, jumlah like, jumlah pengunjung, jumlah pembaca. menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.
Menulislah!
~Tere Liye~


Selasa, 11 Oktober 2016

Yang.. sayang kalau tidak ditulis

Inilah hamba

Yang sering menunda kewajiban,
seakan umur masih panjang.
Yang menunda menjadi lebih baik,
merasa masih muda.
Yang pernah meremehkan perintahMu,
perintah yang malah kuanggap kecil.
Yang sering menggampangkan perintahMu,
padahal istiqomah itu tak mudah.
Yang lupa bahwa rencanaMu adl terbaik,
tapi sering terbelok khilaf. 
Yang merasa lebih beriman,
padahal masih berada di ruang riya'. 
Yang merasa sudah baik,
tak sadar telah membohongi hati.
Yang terkadang sering khawatir,
padahal semua ketetapan itu dariMu.
Yang sering lupa Kau Melihat,
diri ini malah terbius duniawi. 
Yang sering meremehkan dosa kecil,
padahal tumpukan dosa itu dapat menjadi besar. 

Setiap insan selalu berproses, menjadi lebih baik adl yg utama. Maka sebaik-baik kita, adalah yang terus memperbaiki diri. Inilah hamba yang terus berjuang menuju jalan ridhoMu.

"Ya muqollibal qulub tsabit qolbi ‘ala diinik

Lagi suka sama jargon “dia yang hatinya terpaut pada Masjid” :)